Rabu, 17 Januari 2018

Proses pembuatan "Kaloe", bahan bumbu wajib Bau Peapi Mandar

Kaloe 
Asam mangga
(foto : Misma Anas)

Tahun baru masehi telah tiba, begitu pula dengan musim buah-buahan, ada buah durian, rambutan, langsat dan mangga. Begitulah siklus yang terjadi di Kabupaten Polewali Mandar, bulan Januari, Februari, Maret merupakan 3 bulan diawal tahun yang selalu dipenuhi dengan panen buah sehingga tak jarang kita menyaksikan acara "pesta buah" yang digelar oleh para petani sebagai wujud rasa syukur mereka atas panen yang berhasil (tidak gagal).

Pesta panen yang dilaksanakan oleh pemilik kebun biasanya tidak hanya dihadiri oleh kalangan petani saja, tetapi mereka selalu melibatkan pemerintah setempat dan pemerintah yang terkait untuk sama-sama merayakan keberhasil ini. Sebab para petani tau betul keberhasilan ini tidak dapat terjadi tanpa suport dari pemerintah dalam mengembangkan tehnik pertanian dan membantu para petani dalam mencari solusi atas masalah-masalah yang terjadi. 

Di kabupaten Polewali Mandar Pesta Buah sudah menjadi salahsatu agenda tetap yang akan dilaksanakan setiap tahun apabila panen buah berhasil dan melimpah, hal ini menjadi salahsatu daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara untuk datang ke Polewali Mandar, bagaimana mana tidak pesta buah yang dilaksanakan tiap tahunnya tak hanya bertempat di kebun petani tetapi selalu memilih lokasi wisata yang ada di Polman. Disaat kita berpesta buah kita juga dapat menikmati wisata yang ada, ini merupakan cara terbaik untuk merasakan nikmat tuhan bukan.

Panen buah bagi para petani adalah wujud keberkahan yang diberikan oleh sang pencipta, nikmat ini bukan hanya petani yang merasakan tetapi juga para pelaku usaha dan masyarakat setempat. 

Mengapa? Pasti para pembaca sekalian sudah cukup tau akan keterkaitan hasil panen dan peningkatan ekonomi bagi petani sehingga salahsatu cara terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Meninggalkan sejenak tentang acara pesta buah di Polewali Mandar, kali ini yang menjadi pokok pembahasan kita bukan buah durian, rambutan atau langsat melainkan buah mangga. Buah mangga yang dimaksud pun bukan buah mangga pada umumnya yang kita kenal, contohnya mangga manalagi, mangga madu, atau mangga macan. Melainkan mangga yang berukuran lebih kecil dengan tingkat keasaman yang tinggi, dalam bahasa mandar kita mengenalnya dengan nama tomaissang jaonggeq, ka'loliq, cammiq, tallo dan lain sebagainya.

Tomaissang mamata (Mangga muda/mentah)
(foto : Misma Anas)

Saat masih muda mangga-mangga diatas memiliki rasa asam yang sangat tinggi, ini merupakan alasan utama mengapa mangga jenis inilah yang sangat cocok dibuat "kaloe" (asam mangga).

Kaloe adalah asam mangga yang berbentuk irisan tipis mangga muda yang sudah dikeringkan, kaloe juga populer dengan nama "Pammaissang" bagi orang mandar awam, "Paccukka" bagi orang bugis, "pappattojo" bagi orang koneq-koneq e. Yang kesemua artinya adalah asam.

"Kaloe" merupakan bahan bumbu utama yang harus ada saat kita membuat "Bau peapi" Mandar (ikan masak Mandar). Bukan bau peapi mandar namanya jika tak menggunakan bahan bumbu satu ini. 

Kaloe (asam mangga) hanya dibuat ditanah Mandar sehingga menjadi barang berharga jika dibawa keluar daerah, tidak sedikit orang mandar yang merantau keluar daerah lebih mementingkan membawa kaloe dibanding barang berharga lainnya. Bukan itu saja mereka juga kadang memesan kepada keluarga agar dikirimkan kaloe ini. 

Menurut cermat penulis kaloe saat ini bukan lagi merupakan bahan bumbu dapur biasa tetapi sudah menjadi identitas diri orang Mandar. Mengapa demikian? Karena didapur orang mandar sudah pasti ada kaloe, dan bukan orang mandar namanya jika tak ada kaloe di dapurnya. Lidah orang mandar yang sudah sangat akrab dengan masakan bau peapi mendorong mereka untuk selalu menyediakan stok kaloe didapur. Tak jarang penulis menemukan pengalaman, mereka (sepupu dan keluarga penulis) tidak jadi memasak bau peapi karena kehabisan kaloe di dapurnya. Itulah sebabnya kaloe punya tempat tersendiri dalam kehidupan masyarakat Mandar baik yang menetap di Provinsi Sulawesi Barat ataupun yang merantau ke tempat lain.

Di tanah Mandar yang membuat kaloe biasanya ada dua macam orang : 

1. Pengepul yang membeli bahan mentah berupa mangga pada petani lalu membuat sendiri kaloe yang nantinya akan dijual dipasar dan tak lupa juga untuk konsumsi pribadi.

2. Petani yang memiliki bahan mentah berupa pohon mangga sendiri dan membuatnya untuk konsumsi pribadi saja bukan untuk berbisnis. 

Menurut penulis membuat kaloe itu gampang-gampang capek, mengapa demikian ! karena selain harus mengupas mangga dan memotongnya menjadi potongan-potongan tipis, biasanya sesuatu yang dikeringkan pasti volumenya akan menyusut setengah dari bahan mentahnya karena kandungan air dalam benda tersebut dikurangi dengan cara di jemur dibawah terik matahari, misalnya untuk mendapatkan kaloe kering sebanyak 1 karung kita harus mengerjakan 2 karung bahan mentahnya. 

Selain dibutuhkan tenaga dan ketelitian yang besar saat mengupas sampai memotong bahan mentah menjadi irisan tipis yang nantinya akan dijemur, saat dijemur inilah kita lagi-lagi dituntut untuk banyak bersabar dan tekun menunggu kaloe basah menjadi kering.

Penulis hampir lupa, Dalam pembuatan kaloe ini ada tersimpan budaya luhur yang sampai saat ini masih sering dilakukan, salah satunya adalah budaya "mappesioang" (menyuruh orang) untuk membuat kaloe. Misalnya, seorang pemilik pohon mangga telah memanen mangganya namun karena keaibukan atau ketidak tahuan untuk membuat kaloe sehingga ia tidak dapat mengerjakan sendiri pembuatan kaloe, ia bisa meminta orang lain untuk mengerjakannya sampai menjadi kaloe kering dengan perjanjian lisan bahwa hasil kaloe yang sudah kering harus dibagi dua (50:50), setengah untuk sang sebagai bahan mentah dan setengahnya lagi sebagai ganti upah orang yang mengerjakannya. 

Dibawah ini adalah cara pembuatan kaloe menurut pengalaman yang penulis lakukan sendiri bersama keluarga. 

1. Kupas bersih semua bahan mentah (mangga muda) seperti gambar dibawah ini.

2. Iris daging mangga muda menjadi lembaran-lembaran tebal seperti dibawah ini.

3. Lalu potong tipis-tipis memanjang seperti gambar dibawah ini.

4. Selanjutnya rendam semalam dengan air garam, lebih baik lagi kalau menggunakan air laut.

5. Keesokan harinya, tiriskan lalu jemur hingga kering.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal kaloe basah harus dijemur selama 3 hari dibawah terik matahari yang cerah. Jika agak mendung, penjemuran bisa dilakukan lebih dari 3 hari sampai kaloe benar-benar kering sempurna.

Pembuatan kaloe diatas sekilas terlihat sangat mudah, namun untuk menghasilkan kaloe yang bagus dan tahan lama harus memperhatikan beberapa hal dibawah ini.

1. Mangga yang digunakan harus yang muda, bukan mengkal apalagi hampir masak.
Contohnya dari gambar diatas terlihat kaloe kering namun berbeda warna, itu karena kaloe yang sebelah kanan gambar terbuat dari kaloe yang hampir masak sedangkan yang sebelah kiri gambar terbuat dari kaloe yang benar-benar mentah/muda. 

2. Harus benar-benar kering jangan sampai masih lembab sebab kaloe yang kita buat tidak akan langsung habis terpakai semua, sehingga aman untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama. Kaloe yang lembab bisa menjadi media yang sangat bagus bagi jamur untuk tumbuh (jamuran) hal ini tidak baik dan akan merusak kaloe.

3. Simpan ditempat yang kering, ada satu kebiasaan unik dari masyarakat mandar dalam menyimpan kaloe, mereka memasukkan ke dalam karung lalu karung tersebut disimpan di "tapaang" (diatas flapon rumah). Jika stok kaloe di dapur habis barulah mereka mengambil kaloe yang tersimpan di flapon rumah.

4. Bagi kalian yang membeli kaloe dipasar tradisional harus memastikan kaloe yang kalian beli masih baik dan segar dengan cara melihatnya. Kaloe yang segar terlihat dari warna yang agak cerah dan bersih sedangkan kaloe yang sudah lama disimpan akan berwarna kehitaman. 

Keduanya masih baik digunakan tapi yang pasti bahan yang segar akan jauh lebih baik dari bahan yang sudah lama disimpan. Kesegaran kaloe kuga mempengaruhi rasa dari bau peapi yang kita masak.

Namun hal ini penulis kembalikan lagi kepada pembaca untuk memilih mana menurut pembaca baik dan cocok.
Tomaissang jaonggeq, kaqloliq, cammiq dan tallo. Mangga jenis ini selain dimanfaatkan menjadi kaloe (asam mangga), juga bisa dijadikan lawar tomaissang (acar mangga), serta dapat dinikmati dalam bentuk buah mangga masak. Rasa asam dalam buah mangga muda akan berubah menjadi manis apabila buahnya sudah masak jadi jangan khawatir akan merasakan asam saat memakan tomaissang ressuq ini (mangga masak).

Ikan panggang dan lawar tomaissang mamata
(foto : Misma Anas)

Tomaissang ressuq (Mangga masak)
(foto : Misma Anas)

Artikel ini merupakan tulisan real yang dibuat oleh penulis yang terinspirasi dari salahsatu lokasi banyak terdapat pohon mangga, jika pembaca penasaran kalian bisa langsung berkunjung ke lokasinya yang terletak di 
Dusun Gonda, Desa Laliko, Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar, sebagai catatan berkunjunglah disaat musim panen jangan disaat pohon mangga belum panen.

Akhir kata semoga artikel yang masih penuh kekurangan ini bermanfaat menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi para pembaca sekalian.
Wassalam.

Selasa, 12 Desember 2017

Inilah rentetan penyandang gelar "Tomalolo anna Tomakappa Polewali Mandar 2006 - 2017".

Tomalolo Tomakappa Polewali Mandar merupakan ajang pemilihan duta pariwisata tingkat kabupaten yang dilaksanakan oleh Dinas Terkait.

Pemilihan yang sudah berjalan 12 tahun ini, dimulai sejak tahun 2006 hingga sekarang. Pemilihan tahun 2006, 2007 dan 2008 saat itu cuma melingkupi daerah polewali dan beberapa daerah khusus lainnya saja sehingga tidak banyak yang mengetahui pelaksanaan pemilihan duta pariwisata ini, lalu ditahun berikutnya yaitu tahun 2009 pemilihan ini disebar luaskan, sehingga setiap kecamatan harus mengirimkan calon peserta pemilihan Tomalolo anna Tomakappa. 

Bukan hanya kecamatan, untuk pemilihan duta pariwisata, organisasi ATT membuka peluang seluas-luasnya bagi perwakilan sekolah, sanggar ataupun umum, dengan tujuan agar anak-anak muda daerah juga bisa ikut berpartisipasi dalam mempromosikan pariwisatan dan kebudayaan mandar. Bukan hanya itu saja pemerintah juga berharap dengan adanya pemilihan duta pariwisata seperti ini dapat mencetak pemuda-pemudi daerah yang berkarakter dan malaqbi.

Loga organisasi ATT Pol - Man
(foto : ATT Pol -Man)

Pemuda-pemudi yang merupakan ujung tombak bangsa ini, selain mempunyai tugas untuk melanjutkan tongkat estapet kepemimpinan juga bertugas untuk tetap melestarikan adat istiadat dan budaya mandar pada khususnya serta indonesia pada umumnya.

Sama seperti pemilihan duta pariwisata lainnya berbagai tahapan harus dilalui untuk dapat menyandang gelar "Tomalolo anna Tomakappa Polewali Mandar" seperti ukur tinggi badan, usia, persyaratan berkas (akte kelahiran, foto kopi ktp atau kartu pelajar, foto cloes up dan seluruh badan, artikel tentang mandar), mengikuti materi, penampilkan bakat, wawancara dan malam grand final.
Selain persyaratan umum seperti diatas, untuk menjadi seorang tomalolo tomakappa haruslah memiliki 3B, yaitu "Beauty, Brain and Behaviour" dalam bahasa mandar kita mengenal istilah "Malaqbi" yang artinya "macoa sipaq, gauq anna kzedo na" (bagus sikap, perilaku dan tutur katanya).

Pemilihan duta pariwisata ini memiliki wadah berupa organisasi yang disebut ATT Pol-Man (Assamaleuwang Tomalolo Tomakappa Polewali Mandar) yang dinaungi langsung oleh Bapak H. Andi Masri Masdar sebagai ketua umumnya.

Ketika diadakan pemilihan berarti ada juga yang terpilih sebagai pemenang,
Dibawah ini adalah nama-nama yang pernah menyandang gelar sebagai  "Tomalolo anna Tomakappa" Kabupaten Polewali Mandar.

Tomalolo Tomakappa 2006
Nurhalimah - Hambrianto
Tomalolo Tomakappa 2007
Elvira Kaperek - Fitra wijaya
Tomalolo Tomakappa 2008
Elvira Kaperek - Yasfar Yazin





Dalam pemilihan Tomalolo Tomakappa 2007 dan 2008 Tomalolo Elvira Kaperek menjabat dua kali masa jabatan karena pada saat itu tidak ada yang layak untuk menggantikan dirinya sebagai pemenang, hal ini bisa saja terjadi karena tugas sebagai Tomalolo anna Tomakappa tak semudah yang kita fikirkan namun tak sesulit yang dibayangkan.

Tomalolo Tomakappa 2009
Murbarani Nahrawi - Suaib
(Foto - Dokumentasi Kominfo, koleksi Misma Anas)

Tomalolo Tomakappa 2010
Misma Anas - Eka Satrio Lallang
(Foto - Dokumentasi kominfo, Koleksi Misma Anas)

Tomalolo Tomakappa 2011
Putri Indara Dewi K - M. Ali Yusuf
(Foto - Dokumentasi Kominfo, Koleksi Misma Anas)

Tomalolo Tomakappa 2012
Cintya Dwi Cahyani - Dimas Prayoga
(Foto - Sanggar Tie-tie, Koleksi Misma Anas)

Tomalolo Tomakappa 2013
Rastri Annisa Rasak - Resky Widhiantoro
(Foto - Resky Widhiantoro)

Tomalolo Tomakappa 2014
Fatimah - Akmal Mahdi
(Foto - Fatimah)

Tomalolo Tomakappa 2015
Nurjanna Sadi Niti Suwito - Muhammad Haritz Satrio
(Foto - Nurjanna sadi Niti Suwito)

Tomalolo Tomakappa 2016
Nanda Sari - Arif Budianto
(Foto - Arif Budianto)

Tomalolo Tomakappa 2017
Ulfa Ramadhani - Nur Imansyah Putra
(Foto - Samsurijal Saamaa)

Ketua Umum Assamalewuang Tomalolo Tomakappa
H. Andi Masri Masdar bersama Istri
(Foto : Dokumentasi Ulang Tahun Polewali Mandar)

Karena keterbatasan penulis dalam mengumpulkan data serta kurangnya dokumentasi pada waktu itu sehingga foto pemenang 2006, 2007 dan 2008 tak didapatkan. Penulis berharap dengan adanya tulisan ini bisa memberi jalan apabila ada pembaca yang memiliki dokumentasi tentang pemilihan 2006, 2007 dan 2008 kami harap kesediannya untuk berbagi.
Tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis berharap masukan dan saran dari pembaca, caranya gampang saja tulis masukan pembaca di kolom komentar di bawah ini.
Akhir kata Selamat membaca dan semoga bermanfaat...! Wassalam...

Sabtu, 09 Desember 2017

Lawar Karumbaneq

Karumbaneq merupakan salah satu seefood yang mudah kita temukan di sekitar empang berlumpur dan di antara pohon-pohon mangrove.

Salah satu habitat kerang ini ada di dusun Gonda Desa Laliko kecamatan Campalagian. Mengapa demikian karena diarea ini merupakan habitat asli pohon bakau atau pohon mangrove...

Untuk mengambil kerang ini waktu yang tepat adalah saat air surut yaitu sekitar tengah hari hingga menjelang ashar. Karena habitatnya di daerah empang berlumpur maka diperlukan perjuangan lebih saat mencarinya. Kaki tenggelam di lumpur sudah pasti tapi itulah yang membuat pencarian karumbaneq menjadi seru.

Selain mudah didapatkan, karumbaneq juga sangat lezat untuk di santap. Bisa ditumis atau dibuat lawar seperti di bawah ini.

Bahan utama
1. Karumbaneq (seefood)
2. Parutan Kelapa mentah
3. Air

Bahan Bumbu
1. Cabai kecil
2. Bawang merah
3. Jeruk Nipis (atau belimbing)
4. Garam

Cara membuat
1. Cuci bersih karumbaneq hingga bersih lalu masukkan kedalam belanga dan beri air hingga karumbaneq teremdam semua lalu masak hingga mendidih.
2. Angkat karumbaneq dari belanga lalu dinginkan
3. Siapkan alat untuk membuka cangkang karumbaneq, kita boleh memakai batu dan lesung.
4. Setelah semua cangkang terpisah dari isinya, cuci bersih kembali isinya agar tidak ada pecahan cangkang yang tersisa.
5. Tumbuk cabai kecil, bawang merah dan garam hingga halus
6. Lalu masukkan kelapa hingga sedikit hancur tapi jangan sampai halus yah.
7. Iris kecil-kecil karumbaneq yang sudah bersih tadi lalu campur dengan bumbu yang sudah dibuat beri sedikit perasan jeruk nipis, kemudian aduk merata lalu siap di santap.

Karumbaneq juga sangat enak jika dibakar namun satu hal yang harus di perhatikan, jangan memakan karumbaneq dalam jumlah banyak karena akan membuat perut kita sakit, serta untuk yang punya alergi lambung dengan seefood jenis ini jangan coba-coba yah ! Atau kalian akan berurusan dengan peyakit diare.

Ada satu metode untuk meminimalisir agar kita tidak sakit perut saat mengkonsumsi karumbaneq yaitu karumbaneq yang sudah kita ambil diempang jangan langsung dimasak, biarkan sampai semalam dulu, agar supaya lumpur-lumpur didalamnya keluar terlebih dahulu. Keesokan harinya barulah kalian cuci bersih lalu diolah.

Selamat mencoba.!!!



Karumbaneq yang sudah dibersihkan
(foto : Misma Anas)
Lawar Karumbaneq
(foto : Misma Anas)

Rabu, 15 November 2017

Kwarcab Polewali Mandar sajikan Uleq-uleq tarreang di Rainas 2017.

Raimuna Nasional atau biasa disingkat dengan "Rainas"  yang baru-baru ini dilaksanakan di Buperta Cibubur tanggal 13-21 agustus 2017. Merupakan kegiatan pesta pramuka penegak pandega Se-Nusantara.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh dewan kerja nasioanal (DKN) setiap 4 tahun sekali ini, merupakan kegiatan bergengsi dimana anggota pramuka dari 34 provinsi berkumpul bersama dalam satu bumi perkemahan untuk bersilaturrahmi.

Selain untuk bersilaturrahmi kegiatan ini juga menjadi ajang untuk mempromosikan daerah dan kebudayaan dari masing-masing provinsi, itu dibuktikan dengan adanya stand pameran yang disiapkan panitia untuk setiap kontingen daerah.

Setiap stand diisi dengan berbagai macam barang yang akan dipamerkan, baik itu baju adat, makanan khas dan buku yang berisikan informasi tentang daerah masing-masing. Bahkan tak sedkit dari beberapa stand pameran yang menyediakan baju khas atau tutup kepala khas yang bisa digunakan pengunjung untuk berselfi ria. 

Bukan hanya diisi dengan barang-barang yang menarik, setiap stand pameran juga berlomba-lomba menghias stand mereka secantik mungkin layaknya pameran resmi pemerintah pada umumnya. Dengan kreatifitas tinggi anak pramuka apapun bisa dipakai untuk menghias stand pameran agar terlihat lebih indah.

Cara seperti diatas memang merupakan taktik yang tepat untuk menarik perhatian para peserta raimuna nasional untuk berkunjung ke stand mereka, selain mendapat foto selfi atau grufi yang keren, mereka juga mendapat informasi dari stand pameran yang mereka kunjungi. 

Kwarcab Polewali Mandar yang merupakan salah satu kontingen peserta Rainas 2017 beserta 5 kwarcab lainnya (Majene, Mamasa, Mamuju, Mateng dan Matra) tak ingin kalah dari daerah lain untuk memperkenalkan beberapa makanan tradisional Mandar seperti Uleq-uleq, Kasippi, dan baye.

Tidak seperti kasippi dan baye, uleq- uleq menjadi menu spesial karena dibuat pada saat dibumi perkemahan buperta cibubur, yang bahan mentahnya kami bawa langsung dari tanah mandar. Ada atsmorfir berbeda yang kami rasakan saat membuatnya di pulau jawa ini, semangat nasionalisme kami tiba-tiba menyeruak didalam dada, bagaimana tidak suatu kebanggaan tersendiri saat bisa menghidangkan makanan mandar untuk dinikmati seluruh peserta rainas dikegiatan Kuliner Nusantara.

Setiap kontingen daerah hukumnya wajib mengghidangkan makanan khas dari daerahnya, maka dari itu kwarcab Polman menghidangkan uleq-uleq, kasippi dan baye, sedang kwarcab Mamasa menghidangkan kopi khas Mamasa, dan Kwarcab Majene dengan Bawang gorengnya. Sedang 3 kwarcab lainnya absen dengan alasan yang tidak jelas. 

Secara pribadi penulis merasa sangat kecewa dengan absenya 3 kwarcab ini, karena menurut cermat penulis sangat rugi melewatkan kesempatan seperti ini, kesempatan dimana kita dapat mengenalkan daerah kita (Mandar) dikanca Nasional. 

Kita begitu mudahnya mengabaikan peluang emas seperti ini, sedang kita sama-sama mengetahui betapa gencarnya usaha pemerintah kita dalam mempromosikan daerah mandar, itu terbukti dengan keikut sertaan pemerintah kita saat pameran-pameran dikegiatan nasional, bukan satu atau dua kali mereka mengikuti pameran nasional bahkan sering sekali dengan mengeluarkan budget yang sangat banyak demi tanah Mandar kita bisa dianggap keberadaannya di Nusantara, lalu kita begitu cueknya dengan kesempatan itu.

Bagi sebagian orang mungkin hal ini biasa-biasa saja, dianggap hal kecil dan sepeleh. Tapi ingat kah kalian dengan pepatah "Nila setitik rusak susu sebelanga"  atau "sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit". Bukan kah dua pepatah diatas menunjukkan betapa besarkan kekuatan hal yang kecil.

Penulis berharap dari tulisan kecil ini dapat mengetuk hati kecil kalian untuk bisa mencintai tanah kita, tanah jazirah tipalayo. Dengan cara memberikan yang terbaik untuk Litaq Mandarta, dan semoga tulisan kecil ini dapat menjadi suntikan semangat untuk pengurus DKD Sulawesi Barat saat ini dalam kegiatan-kegiatan berikutnya.

Hampir lupa, hehehe...

Ada satu hal yang menarik saat kegiatan masakan nusantara ini diadakan, peserta bukan hanya dari negara kita indonesia tapi ada beberapa peserta dari negara tetangga juga. Yan tak mau kalah dengan ikut serta menghidangkan makanan tradisionalnya, seperti dari negara Malaysia. Mereka menyambangi stand pameran dari Kwarda Sulawesi Barat dan dapat menikmati uleq-uleq tarreang dan kasippi yang telah kami hidangkan.

Stand kami Saat dikunjungi peserta rainas 2017
(foto :Misma Anas)
Kak Badlia menjelaskan tentang makanan khas baye
(foto : Misma Anas)
Ketua umpi Kwarcab Polman foto bersama abang-abang pengakap dari Malaysia
(foto : Misma Anas)

Saat menyiapkan makanan khas yang akan dihidangkan (uleq-uleq tarreang, Kasippi dan baye)
(foto : Misma Anas)

Stand pameran Kwarda Sulawesi Selatan
(foto : Oda Raudah)
Tutup kepala khas Kalimantan (suku Dayak)
(foto : Oda Raudah)

Anggota DKD Sulbar mengenakan tutup kepala khas Bengkulu
(foto : Fitriani M)

Mengintip cara membuat "Uleq-uleq bue dan uleq-uleq tarreang".

Menikmati uleq-uleq 
(foto : Misma Anas)

Bagi kalian yang berasal dari suku mandar pasti nama makanan diatas sudah tidak asing lagi ditelinga, bahkan banyak diantara pembaca banyak yang tau cara membuatnya.

Namun ini menjadi berbeda halnya bagi mereka yang bukan orang Mandar, jangan kan pernah mendengar tau kalau ada makanan khas ini saja mungkin tidak. 

Uleq-uleq bue/tarreang dalam bahasa indonesia kita mengenal dengan nama bubur kacang ijo dan bubur jawawut. Makanan khas mandar ini bercita rasa manis, tekstur agak kental dan umumnya berwarna merah tua karena menggunakan gula aren sebagai pemanisnya.

Uleq-uleq selalu di hidangkan saat-saat tertentu seperti saat "sappulo muharrang" (menyambut 10 muharram) dan pada saat "mappakeqdeq boyang" (mendirikan rumah) inilah saat dimana uleq-uleq
menjadi makanan primadona, alasan yang paling masuk akanl yaitu disebabkan oleh arti dari kata uleq-uleq sendiri.

Uleq-uleq dalam bahasa Mandar yang berasal dari kata uleq  yang berarti "ikut", "ussul" pada saat uleq-uleq ini dihidangkan semoga "dalleq simata miuleq" artinya semoga rezeki selalu mengikuti.

Bagi beberpaa orang saat membuat uleq-uleq bue dan uleq-uleq tarreang di pisahkan, namun ada juga beberapa yang suka jika membuat bubur kacang ijo dicampurkan sedikit jawawut , dan ada juga yang biasa mencampur jawawut dengan jagung muda, dalam bahasa mandar jagung yang dijadikan bubur dikenal dengan nama "uleq-uleq bataq".

Merujuk dari judul tulisan diatas maka tidak sah rasanya jika penulis tidak berbagi resep pembuatan makanan satu ini. 

Bahan-bahan 
1. Bue (kacang ijo ) atau Tarreang (jawawut)
2. Gula aren
3. Santan kelapa
4. Air

Cara membuat
1. Cuci bersih bue atau tarreang lalu masak dengan air secukupnya
2. Saat dimasak aduk-aduk terus agak tidak gosong ini untuk tarreang namun jika memasak bue kalian hanya perlu memasak sampai lunak tanpa harus mengaduk terus menerus.
3. Setelah masak masukkan gula aren yang sudah dicairkan
4. Masukkan santan dan masak hingga semua bahan tercampur dan matang, lalu siap di hidangkan.

Cukup mudah dan simpel bukan, terimah kasih penulis haturkan pada seluruh pembaca semoga bermanfaat dan selamat mencoba. 😉😊

Wassalamualaikum. Wr. Wb.


Uleq-uleq bue plus tarreang
Saat baca sappulo muharrang
(foto: Misma anas)

Senin, 17 Juli 2017

Berbagi resep "Tumis Balacang/Sambal Balacang pembangkit Nafsu Makan"

Balacang dalam bahasa mandar yang berarti udang kecil-kecil, dalam bahasa indonesia disebut "rebon". Bentuk fisik dari Balacang sama seperti udang pada umumnya namun berukuran sangat kecil sekitar 1-3 centimeter. Balacang yang berukuran kecil dan transparan ini bisa diolah menjadi abon, terasi, kerupuk udang dan masakan lainnya. 

Banyak yang tidak tau dibalik ukurannya yang kecil balacang atau rebon ini memiliki gizi yang cukup tinggi, Seperti protein, Lemak,  karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin B1, Dan air. Sehingga sangat baik di konsumsi oleh anak-anak dalam masa pertumbuhan.   

Menurut cermat penulis dengan kandungan gizi yang cukup komplit didalam balacang/rebon ditambah lagi dengan harganya yg relatif murah di pasaran, bisa menjadi solusi untuk para ibu rumah tangga dalam memenuhi gizi keluarga. Namun ada satu hal yang harus di perhatikan buat bunda dan keluarga yang memiliki riwayat alergi terhadap makanan seperti udang, sesekali mengkonsumsi rebon boleh saja asal jangan keseringan yah.!

Balacang kering sangat mudah didapatkan di pasar-pasar tradisional dan harganya pun relatif murah, dengan uang Rp. 5000 rupiah saja kalian sudah dapat setengah liter balacang kering. Sedangkan untuk membuat tumis balacang yang cukup banyak kalian bisa menggunakan seperempat liter saja. 

Selain baik untuk pertumbuhan anak balacang juga dapat meningkatkan nafsu makan, cita rasanya yang gurih dan khas membuat kita tergoda untuk nambah dan nambah lagi, hehehhe,  kalau tak percaya coba saja.

Dibawa ini penulis berbagi resep pembuatan tumis balacang atau sambal balacang. 

Bahan
1. Balacang (udang kecil/rebon kering) 
2. Tomat
3. Merica
4. Cabe besar,  kecil,  keriting
5. Bawang merah dan bawang putih
6. Garam
7. Gula
8. Air
9. Minyak

Cara membuat
1. Goreng balacang (rebon) lalu tiriskan
2. Iris-iris tomat
3. Tumbuk sampai halus merica, cabe besar, kecil, keriting, bawang merah, bawang kecil dan garam. 
4. Siapkan wajan, masukkan minyak goreng lalu tumis bumbu halus, masukkan tomat beri sedikit gula dan air. 

5. Setelah setengah matang baru masukkan balacang (udang kecil-kecil) yang telah digoreng tadi lalu siap disajikan.


Bumbu yang digunakan
(foto:Misma Anas)

Tumis Balacang/Sambal Balacang
(Foto : Misma Anas)

Balacang yang belum diolah
(foto:Misma Anas) 

Kamis, 06 Juli 2017

Makanan Tradisional Mandar "Lawar Penja" hidangan mentah penja asin


Lawar penja
(foto : Misma Anas) 

Penja merupakan ikan kecil yang munculnya sekali dalam sebulan, hanya di saat "bulan mati" saja. Ini istilah yang sering kita (orang mandar) dengar dari para nelayan "muaq meloq bomi mate bulang mendaiq bomi tu'u penja" artinya kalau bulan sudah akan mati maka penja akan muncul lagi, setiap bulannya sekitar tanggal 28, 29, 30, 31 kira-kira penja ini akan muncul. 

Karena munculnya hanya disaat tertentu saja maka tidak heran kalau para nelayan biasa mengeringkan-nya apabila tidak habis terjual dalam keadaan basah. Hal ini tidak serta merta menghilangkan nilai jual penja dipasaran justru dengan cara dikeringkan/diasunkan maka para konsumen tidak perlu khawatir untuk menikmati penja kapan saja. 

Penja bisa dinikmati dengan banyak cara seperti dipepes, ditumis dan lain sebagainya. Seperti masakan pada umumnya yg menggunakan api untuk memasak maka untuk sajian penja yang satu ini tidak perlu menggunakan api untuk dapat kita nikmati, cukup dengan campuran beberapa bahan sederhana saja penja sudah bisa kita hidangkan sebagai lauk untuk teman makan nasi atau makanan tradisional mandar lainnya seperti lameayu toqjaq, loka sattai, loka lambuq atau dengan nasi sekalipun. 

Lawar penja yg bercita rasa asin, asam dan kadang dibuat pedas (sesuai selera) menjadi masakan yang selalu dirindukan setiap anak mandar, begitu juga anak mandar di perantauan. Karena menurut mereka merasakan hidangan penja bisa mengingatkan pada kampung halaman litaq mandar tercinta. Bagi anak rantauan tak perlu bersedih yah karena yang akan kita bahas selanjutnya  cara membuat lawar penja yang sangat mudah. 

Bahan-bahan
1. Penja kering cuci bersih lalu tiriskan
2. Cabe kecil, keriting
3. Bawang merah
4. Jeruk nipis
5. Kelapa setengah muda yang sudah diparut

Cara membuat
1. Tumbuk bawang merah,  cabe kecil,   cabe keriting sampai halus
2. Lalu campur dengan bumbu halus tadi dengan kelapa parut. 
3. Lalu masukan penja asin/kering yang sudah cuci bersih ditiriskan tadi
4. Terakhir beri perasan jeruk nipis ke dalam campuran penjadan kelapa tadi lalu siap di sajikan. 

NB : perasan jeruk nipis wajib ada untuk hidangan ini karena perasan jeruk nipislah yang membuat penja asin mentah tadi menjadi masak,  so jangan berpikir bahwa kalian benar-benar menyajikan suatu yang benar-benar mentah seperti yang kalian pikirkan. Satu lagi jangan sesekali menambahkan garam karena penja asin ini sudah pasti bercita rasa asin pada dasarnya. 

Itulah tadi tentang cara membuat lawar penja, semoga bermanfaat dan sampai jumpa ditulisan-tulisan berikutnya. 

Wassalamualaikum...