Rabu, 15 November 2017

Kwarcab Polewali Mandar sajikan Uleq-uleq tarreang di Rainas 2017.

Raimuna Nasional atau biasa disingkat dengan "Rainas"  yang baru-baru ini dilaksanakan di Buperta Cibubur tanggal 13-21 agustus 2017. Merupakan kegiatan pesta pramuka penegak pandega Se-Nusantara.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh dewan kerja nasioanal (DKN) setiap 4 tahun sekali ini, merupakan kegiatan bergengsi dimana anggota pramuka dari 34 provinsi berkumpul bersama dalam satu bumi perkemahan untuk bersilaturrahmi.

Selain untuk bersilaturrahmi kegiatan ini juga menjadi ajang untuk mempromosikan daerah dan kebudayaan dari masing-masing provinsi, itu dibuktikan dengan adanya stand pameran yang disiapkan panitia untuk setiap kontingen daerah.

Setiap stand diisi dengan berbagai macam barang yang akan dipamerkan, baik itu baju adat, makanan khas dan buku yang berisikan informasi tentang daerah masing-masing. Bahkan tak sedkit dari beberapa stand pameran yang menyediakan baju khas atau tutup kepala khas yang bisa digunakan pengunjung untuk berselfi ria. 

Bukan hanya diisi dengan barang-barang yang menarik, setiap stand pameran juga berlomba-lomba menghias stand mereka secantik mungkin layaknya pameran resmi pemerintah pada umumnya. Dengan kreatifitas tinggi anak pramuka apapun bisa dipakai untuk menghias stand pameran agar terlihat lebih indah.

Cara seperti diatas memang merupakan taktik yang tepat untuk menarik perhatian para peserta raimuna nasional untuk berkunjung ke stand mereka, selain mendapat foto selfi atau grufi yang keren, mereka juga mendapat informasi dari stand pameran yang mereka kunjungi. 

Kwarcab Polewali Mandar yang merupakan salah satu kontingen peserta Rainas 2017 beserta 5 kwarcab lainnya (Majene, Mamasa, Mamuju, Mateng dan Matra) tak ingin kalah dari daerah lain untuk memperkenalkan beberapa makanan tradisional Mandar seperti Uleq-uleq, Kasippi, dan baye.

Tidak seperti kasippi dan baye, uleq- uleq menjadi menu spesial karena dibuat pada saat dibumi perkemahan buperta cibubur, yang bahan mentahnya kami bawa langsung dari tanah mandar. Ada atsmorfir berbeda yang kami rasakan saat membuatnya di pulau jawa ini, semangat nasionalisme kami tiba-tiba menyeruak didalam dada, bagaimana tidak suatu kebanggaan tersendiri saat bisa menghidangkan makanan mandar untuk dinikmati seluruh peserta rainas dikegiatan Kuliner Nusantara.

Setiap kontingen daerah hukumnya wajib mengghidangkan makanan khas dari daerahnya, maka dari itu kwarcab Polman menghidangkan uleq-uleq, kasippi dan baye, sedang kwarcab Mamasa menghidangkan kopi khas Mamasa, dan Kwarcab Majene dengan Bawang gorengnya. Sedang 3 kwarcab lainnya absen dengan alasan yang tidak jelas. 

Secara pribadi penulis merasa sangat kecewa dengan absenya 3 kwarcab ini, karena menurut cermat penulis sangat rugi melewatkan kesempatan seperti ini, kesempatan dimana kita dapat mengenalkan daerah kita (Mandar) dikanca Nasional. 

Kita begitu mudahnya mengabaikan peluang emas seperti ini, sedang kita sama-sama mengetahui betapa gencarnya usaha pemerintah kita dalam mempromosikan daerah mandar, itu terbukti dengan keikut sertaan pemerintah kita saat pameran-pameran dikegiatan nasional, bukan satu atau dua kali mereka mengikuti pameran nasional bahkan sering sekali dengan mengeluarkan budget yang sangat banyak demi tanah Mandar kita bisa dianggap keberadaannya di Nusantara, lalu kita begitu cueknya dengan kesempatan itu.

Bagi sebagian orang mungkin hal ini biasa-biasa saja, dianggap hal kecil dan sepeleh. Tapi ingat kah kalian dengan pepatah "Nila setitik rusak susu sebelanga"  atau "sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit". Bukan kah dua pepatah diatas menunjukkan betapa besarkan kekuatan hal yang kecil.

Penulis berharap dari tulisan kecil ini dapat mengetuk hati kecil kalian untuk bisa mencintai tanah kita, tanah jazirah tipalayo. Dengan cara memberikan yang terbaik untuk Litaq Mandarta, dan semoga tulisan kecil ini dapat menjadi suntikan semangat untuk pengurus DKD Sulawesi Barat saat ini dalam kegiatan-kegiatan berikutnya.

Hampir lupa, hehehe...

Ada satu hal yang menarik saat kegiatan masakan nusantara ini diadakan, peserta bukan hanya dari negara kita indonesia tapi ada beberapa peserta dari negara tetangga juga. Yan tak mau kalah dengan ikut serta menghidangkan makanan tradisionalnya, seperti dari negara Malaysia. Mereka menyambangi stand pameran dari Kwarda Sulawesi Barat dan dapat menikmati uleq-uleq tarreang dan kasippi yang telah kami hidangkan.

Stand kami Saat dikunjungi peserta rainas 2017
(foto :Misma Anas)
Kak Badlia menjelaskan tentang makanan khas baye
(foto : Misma Anas)
Ketua umpi Kwarcab Polman foto bersama abang-abang pengakap dari Malaysia
(foto : Misma Anas)

Saat menyiapkan makanan khas yang akan dihidangkan (uleq-uleq tarreang, Kasippi dan baye)
(foto : Misma Anas)

Stand pameran Kwarda Sulawesi Selatan
(foto : Oda Raudah)
Tutup kepala khas Kalimantan (suku Dayak)
(foto : Oda Raudah)

Anggota DKD Sulbar mengenakan tutup kepala khas Bengkulu
(foto : Fitriani M)

Mengintip cara membuat "Uleq-uleq bue dan uleq-uleq tarreang".

Menikmati uleq-uleq 
(foto : Misma Anas)

Bagi kalian yang berasal dari suku mandar pasti nama makanan diatas sudah tidak asing lagi ditelinga, bahkan banyak diantara pembaca banyak yang tau cara membuatnya.

Namun ini menjadi berbeda halnya bagi mereka yang bukan orang Mandar, jangan kan pernah mendengar tau kalau ada makanan khas ini saja mungkin tidak. 

Uleq-uleq bue/tarreang dalam bahasa indonesia kita mengenal dengan nama bubur kacang ijo dan bubur jawawut. Makanan khas mandar ini bercita rasa manis, tekstur agak kental dan umumnya berwarna merah tua karena menggunakan gula aren sebagai pemanisnya.

Uleq-uleq selalu di hidangkan saat-saat tertentu seperti saat "sappulo muharrang" (menyambut 10 muharram) dan pada saat "mappakeqdeq boyang" (mendirikan rumah) inilah saat dimana uleq-uleq
menjadi makanan primadona, alasan yang paling masuk akanl yaitu disebabkan oleh arti dari kata uleq-uleq sendiri.

Uleq-uleq dalam bahasa Mandar yang berasal dari kata uleq  yang berarti "ikut", "ussul" pada saat uleq-uleq ini dihidangkan semoga "dalleq simata miuleq" artinya semoga rezeki selalu mengikuti.

Bagi beberpaa orang saat membuat uleq-uleq bue dan uleq-uleq tarreang di pisahkan, namun ada juga beberapa yang suka jika membuat bubur kacang ijo dicampurkan sedikit jawawut , dan ada juga yang biasa mencampur jawawut dengan jagung muda, dalam bahasa mandar jagung yang dijadikan bubur dikenal dengan nama "uleq-uleq bataq".

Merujuk dari judul tulisan diatas maka tidak sah rasanya jika penulis tidak berbagi resep pembuatan makanan satu ini. 

Bahan-bahan 
1. Bue (kacang ijo ) atau Tarreang (jawawut)
2. Gula aren
3. Santan kelapa
4. Air

Cara membuat
1. Cuci bersih bue atau tarreang lalu masak dengan air secukupnya
2. Saat dimasak aduk-aduk terus agak tidak gosong ini untuk tarreang namun jika memasak bue kalian hanya perlu memasak sampai lunak tanpa harus mengaduk terus menerus.
3. Setelah masak masukkan gula aren yang sudah dicairkan
4. Masukkan santan dan masak hingga semua bahan tercampur dan matang, lalu siap di hidangkan.

Cukup mudah dan simpel bukan, terimah kasih penulis haturkan pada seluruh pembaca semoga bermanfaat dan selamat mencoba. 😉😊

Wassalamualaikum. Wr. Wb.


Uleq-uleq bue plus tarreang
Saat baca sappulo muharrang
(foto: Misma anas)